
Ilustrasi produk AUTO. Foto: MNCS/ukmdanbursa.com.
JAKARTA, ukmdanbursa.com – PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) memperkuat segmen khusus sepeda motor (2W). Pada pameran akbar otomotif GIIAS 2025 yang masih berlangsung hingga 3 Agustus, anak perusahaan PT Astra International Tbk (ASII) itu memperkenalkan “ULTI X”, lini produk baru yang menyasar segmen suku cadang performa tinggi dan racing untuk kendaraan roda dua.
“Manajemen melihat peluang untuk mengisi kekosongan pasar lokal dalam produk suku cadang performa tinggi. Ini mengingat masih minimnya merek domestik yang fokus pada komponen siap racing namun tetap kompatibel untuk penggunaan harian,” kata Research Analyst MNC Sekuritas M Rudy Setiawan dalam keterangan di Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Gebrakan berlanjut, emiten dengan ticker code AUTO tersebut juga meluncurkan “Sportivo 2”, generasi terbaru ban sepeda motor dalam seri Aspira Premio Sportivo RS-01. Ini merupakan bagian dari strategi berkelanjutan AUTO untuk mendorong inovasi di pasar komponen roda dua.
Berita terkait
Melonjak 11,5%, Realisasi Investasi Triwulan II Tembus Rp 477,7 Triliun
Ekspansi Infrastruktur EV dan Dividen
Selain itu, Rudy mengatakan, perusahaan memperkuat fondasi bisnis berkelanjutan melalui ekspansi infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik (EV), di bawah merek Astra Otopower. Hingga Juni 2025, Astra Otopower telah tersedia di 40 lokasi, mencakup area perkantoran, kawasan pemukiman, rest area, pusat kuliner dan gaya hidup, serta ruang publik lainnya.
“Kami menilai AUTO menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah pelemahan pasar otomotif secara umum. Saham ini tetap menarik, didukung oleh pendapatan yang stabil, valuasi yang atraktif, serta kebijakan dividen yang konsisten, dengan rasio pembayaran di atas 20% dan imbal hasil dividen lebih dari 6%. AUTO juga terus mempertahankan posisinya sebagai pemain dominan di bisnis aftermarket Indonesia,” ujarnya.



Rekomendasi saham oleh MNC Sekuritas, per 30 Juli 2025. Infografis: MNCS/ukmdanbursa.com.
Ekspor Melejit
Sementara itu, AUTO mencatatkan total pendapatan sebesar Rp 9,6 triliun pada semester I 2025, tumbuh 4,2% year on year (yoy). Ini masih relatif sesuai dengan estimasi research MNC Sekuritas dan konsensus, masing-masing mencapai 48,6% dan 48,1% dari proyeksi full year 2025.
Divisi manufaktur membukukan pendapatan sebesar Rp 5,0 triliun (+6,1%, yoy). Ini terutama didukung oleh peningkatan penjualan ke original equipment manufacturers (OEMs), khususnya untuk komponen kendaraan roda empat (4W) dan roda dua.
“Divisi perdagangan mencatat pertumbuhan revenue moderat sebesar 2,2% yoy menjadi Rp 4,6 triliun, ditopang oleh kontribusi dari bisnis ekspor dan jaringan ritel modern seperti Shop & Drive dan Astra Otoservice. Dari sisi pasar, penjualan domestik berkontribusi sebesar Rp 5,4 triliun (+1,6% yoy), sementara penjualan ekspor tumbuh 13,4% yoy menjadi Rp 919,6 miliar pada semester I 2025,” tandas Rudy.
Pendapatan dari perusahaan patungan naik 4,3% yoy menjadi Rp 468,4 miliar. Pada periode sama tahun lalu tercatat sebesar Rp 449,2 miliar.
Penjualan kepada pihak terafiliasi meningkat 6,3% yoy menjadi Rp 3,3 triliun. Hal ini didorong tingginya permintaan nasional kendaraan roda dua dari Astra Honda Motor dan Astra Daihatsu Motor.
Sementara itu, laba bersih turun 7,4% yoy menjadi Rp 939,0 miliar, di bawah ekspektasi research MNCS dan konsensus, masing-masing mencapai 43,4% dan 43,1%. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya keuntungan nonrutin dari penjualan aset (Rp 112,3 miliar pada semester I 2024).
“Namun, jika item nonrutin ini dikecualikan, AUTO tetap mencatat pertumbuhan laba bersih yang solid sebesar 4,2% yoy,” ungkapnya.
Ekonomi RI di Mata S&P?
Sementara itu, lembaga pemeringkat S&P Global Ratings (S&P) telah mengafirmasi peringkat utang (sovereign credit rating) Republik Indonesia pada level BBB, satu tingkat di atas level terendah investment grade, dengan outlook stabil pada 29 Juli 2025. Afirmasi ini didukung oleh outlook pertumbuhan yang dinilai kuat, kerangka kebijakan fiskal yang sehat, dan beban utang luar negeri maupun pemerintah RI yang relatif rendah.
“Sementara itu, outlook stabil mencerminkan pandangan S&P bahwa pemerintah tetap berkomitmen untuk mempertahankan defisit fiskal di bawah 3% (produk domestik bruto), guna menjaga keberlanjutan fiskal. Selanjutnya, pengembangan industri berbasis komoditas (hilirisasi) yang sedang berlangsung diperkirakan dapat menjaga stabilitas eksternal ke depan,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat menanggapi keputusan S&P itu.
Ia menyatakan, afirmasi S&P atas sovereign credit rating Indonesia pada level BBB dengan outlook stabil merefleksikan kepercayaan yang kuat dari pemangku kepentingan internasional terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat. Keyakinan ini didukung oleh kerangka kebijakan yang berhati-hati, dan sinergi bauran kebijakan yang efektif antara pemerintah RI dan Bank Indonesia di tengah ketidakpastian global yang terus berlangsung.
“S&P sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024,” sebut Perry.
Berita terkait:
BI Menurunkan BI Rate 25 Bps Jadi 5,25%, Ini Alasannya



Ke depan, peningkatan sovereign credit rating Indonesia akan ditentukan oleh peningkatan kapasitas pembayaran utang luar negeri. Hal ini antara lain didukung oleh peningkatan pendapatan luar negeri atau terjadi penurunan ketergantungan terhadap pembiayaan eksternal.
“Di sisi lain, kata Perry, peringkat Indonesia dapat diturunkan apabila peningkatan rasio utang pemerintah terhadap PDB di atas 3% secara persisten. Selain itu, rasio pembayaran bunga utang pemerintah terhadap penerimaan negara melebihi 15%, atau terdapat pelemahan penerimaan ekspor secara struktural dan berkepanjangan,” kata Perry yang menjabat gubernur Bank Sentral periode kedua ini.
BI, lanjut dia, terus berkomitmen untuk memperkuat efektivitas kebijakan moneter guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi terkendali pada kisaran targetnya, dengan tetap mendukung upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Ke depan, BI juga akan terus mempererat sinergi kebijakan dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi selaras dengan program Asta Cita. BI juga akan memperkuat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Pada bulan ini, Rapat Dewan Gubernur BI telah menurunkan suku bunga 25 bps, berbeda dengan konsensus yang diberitakan Bloomberg sebelumnya. Suku bunga acuan kini diturunkan ke level 5,25%, guna mendorong kembali pertumbuhan ekonomi yang menurun di bawah asumsi APBN.
3 thoughts on “Astra Otoparts (AUTO) Solid Mengarungi Fluktuasi Ekonomi, Ekspor Melejit”