
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani, di Jakarta, Selasa (29/7/2025). Foto: Investasi dan Hilirisasi/BKPM.
JAKARTA, ukmdanbursa.com – Di tengah tekanan perang dagang global dan tingginya tensi geopolitik, realisasi investasi triwulan II Indonesia menembus Rp 477,7 triliun, melonjak 11,5% secara year on year (yoy). Capaian ini juga lebih tinggi dari kuartal I sebesar Rp 465,2 triliun.
Sedangkan terhadap target 2025, investasi triwulan II itu mencapai 25,1% dari total target Rp 1.905,6 triliun. Data investasi ini di luar sektor hulu migas dan jasa keuangan.
“Sedangkan realisasi investasi di Indonesia semester I tahun 2025 menembus Rp 942,9 triliun, meningkat 13,6% (yoy). Terhadap target tahun ini, mencapai sekitar 49,48%,” kata Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani, di Jakarta, Selasa (29/7/2025).


Baca juga:
KSSK Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sekitar 5
Ditopang Investasi Domestik
Mantan Duta Besar Indonesia menjelaskan, investasi kuartal II itu terutama ditopang pemodal dalam negeri. Kontribusi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) lebih tinggi dari Penanaman Modal Asing (PMA).
Sumbangan PMDN mencapai 57,7%, senilai Rp 275,5 triliun. Sedangkan kontribusi PMA sebesar 42,3%, senilai Rp 202,2 triliun (menggunakan kurs APBN USD 1 = Rp 16.000).
Dari sisi lokasi, luar Jawa mampu menarik investasi Rp 240,2 triliun atau 50,3%. Sedangkan Jawa mencatatkan investasi Rp 237,5 triliun (49,7%).
Baca juga:
Kesepakatan Kemitraan Ekonomi dengan Eropa Dorong Ekspor Melonjak 50%, Siapa Diuntungkan?

Terbesar dari Singapura
Rosan menjelaskan, realisasi investasi triwulan II itu mampu menyerap tenaga kerja Indonesia 665.764 orang. Sedangkan sepanjang semester I tahun ini, penyerapan tenaga kerja Indonesia mencapai 1.259.868 orang.
Sementara itu, dari asal negara/ekonomi, realisasi PMA terbesar 33,3% dari Singapura. Nilai yang dibenamkan menembus USD 4,2 miliar.
Berikutnya adalah ekonomi Hong Kong, RRT, dengan investasi senilai USD 2,3 miliar (18,6%). Ketiga, Tiongkok USD 1,8 miliar (14,4%).
Sedangkan negara dengan perekonomian terbesar Amerika Serikat di peringkat keempat, dengan ‘hanya’ menyumbang 6,0% senilai USD 0,8 miliar. Kelima adalah negeri jiran Malaysia senilai USD 0,7 miliar atau berkontribusi 5,6%, selisih sedikit dengan AS.

Hilirisasi Nikel Tarik Investasi Terbanyak
Sementara itu, hilirisasi yang menjadi program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berhasil menarik banyak investasi. Yang terbesar sektor mineral nikel, senilai Rp 46,3 triliun pada triwulan II lalu.
“Total nilai realisasi investasi hilirisasi Rp 144,5 triliun,” ujar Rosan yang kini merangkap sebagai chief executive officer (CEO) Badan Pelaksana Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Ia merinci, investasi hilirisasi sektor mineral mencapai Rp 96,2 triliun atau tertinggi. Ini terdiri atas investasi hilirisasi nikel Rp 46,3 triliun, tembaga Rp 22,3 triliun, bauksit Rp 14,8 triliun, besi baja Rp 9,5 triliun, timah Rp 1,9 triliun, dan lainnya (pasir silika, emas, perak, kobalt, mangan, batu bara, aspal Buton, dan logam tanah jarang) Rp 1,4 triliun.
Yang kedua, hilirisasi sektor perkebunan dan kehutanan Rp 36,3 triliun. Ini terdiri atas investasi di hilirisasi kelapa sawit Rp 16,4 triliun, kayu log Rp 13,1 triliun, karet Rp 5,1 triliun, dan lainnya (termasuk pala, kelapa, kakao, dan biofuel) Rp 1,7 triliun.
Ketiga, minyak dan gas bumi senilai Rp 10,7 triliun. Ini terdiri atas investasi di hilirisasi gas bumi Rp 5,9 triliun dan Rp 4,8 triliun minyak bumi.
Keempat, hilirisasi perikanan dan kelautan senilai Rp 1,3 triliun. Ini termasuk garam, ikan TCT (tuna, cakalang, tongkol), udang, rumput laut, rajungan, dan ikan tilapia.



Sulteng awesi Paling Diminati Asing
Sementara itu, berdasarkan provinsi, Sulawesi tengah paling kuat menarik investasi asing, mencapai USD 1,8 miliar (14,6%). Kedua adalah Jawa Barat senilai USD 1,8 miliar (14,3%), dan berikutnya DKI Jakarta USD 1,4 miliar (11,3%), Maluku Utara USD 1,1 miliar (8,7%), Jawa Tengah USD 0,7 miliar (5,7%).
“Sedangkan untuk total PMA dan PMDN, provinsi yang paling banyak menarik investasi adalah Jawa Barat Rp 72,5 triliun (15,2%). Berikutnya, DKI Jakarta Rp 71,1 triliun (14,9%), Jawa Timur Rp 38,6 triliun (8,1%), Sulawesi Tengah Rp 31,6 triliun (6,6%), dan Banten Rp 29,7 triliun (6,2%),” tutur mantan Ketua Umum Kadin Indonesia itu.

Baca juga:
BI Ada Ruang Turunkan BI Rate, untuk Menggairahkan Sektor Riil dan Pasar Modal
Kinerja Semester I
Untuk kinerja akumulatif semester I tahun ini, Rosan menjelaskan, investasi juga terutama ditopang PMDN sebesar 54,1%. Nilainya Rp 510,3 triliun.
“PMA berkontribusi 45,9%. Nilainya sebesar Rp 432,6 triliun,” sebutnya.
Dari sisi wilayah, luar Pulau Jawa penyumbang dominan 50,5%. Nilai investasi yang ditanam menembus Rp 476,0 triliun.
Sedangkan di Jawa berkontribusi 49,5% atau Rp 466,9 triliun.

1 thought on “Melonjak 11,5%, Realisasi Investasi Triwulan II Tembus Rp 477,7 Triliun”