
Overview PLTP Ulubelu Unit 1, 2, 3, dan 4 dengan kapasitas 4x55 MW. Sumber: MNCS/ukmdanbursa.com.
JAKARTA, ukmdanbursa.com – Harga saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) melonjak 94,68% sejak awal tahun 2025, menembus level Rp 1.830. Hal ini antara lain didorong oleh unlocking sejumlah inovasi strategis di sektor energi terbarukan di Tanah Air.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan Selasa (29/7/2025), harga saham perusahaan listrik tenaga geotermal itu melonjak 8,28% ke level Rp 1.830 per unit. Nilai transaksi mencapai sekitar Rp 432,14 miliar.
Research Analyst MNC Sekuritas Christian Sitorus mengatakan, PGEO mengambil langkah konkret untuk mendukung transisi energi Indonesia melalui dua proyek strategis di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Ulubelu miliknya. “Pertama, PGEO lewat Ulubelu tengah mengembangkan Green Hydrogen Pilot Plant, sebagai bagian dari strategi dekarbonisasi dan diversifikasi portofolio energi bersih. Proyek ini melibatkan produksi hidrogen hijau menggunakan energi panas bumi, melalui teknologi elektroliser Anion Exchange Membrane (AEM), yang merupakan teknologi pertama di dunia dalam jenisnya,” kata Research Analyst MNC Sekuritas Christian Sitorus dalam keterangan di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Berita terkait:
Melonjak 11,5%, Realisasi Investasi Triwulan II Tembus Rp 477,7 Triliun
Proyek ini menargetkan Internal Rate of Return (IRR) sekitar 10% dan kapasitas produksi sekitar 49,6 Nm³ per jam, dengan total investasi awal sekitar USD 3 juta. Kapasitas produksi awal diproyeksikan sekitar 100 kg per hari, dan diharapkan menjadi tonggak penting dalam pengembangan ekosistem hidrogen hijau nasional.
Proyek ini merupakan hasil kolaborasi bersama PT Pertamina Power Indonesia (Pertamina NRE/KPI) — anak usaha PT Pertamina (Persero) di bidang pembangkitan listrik berbasis energi terbarukan — dan PT TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) Karawang. Proses tender dijadwalkan pada Agustus–September 2025, dengan target komisioning pada September 2026. “Proyek ini sejalan dengan peta jalan transisi energi Indonesia dan komitmen Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060,” tegas Christian.
Selain itu, PGEO melalui Ulubelu sedang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Gunung Tiga, di WKP di Lampung. Proyek ini telah tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dengan alokasi kuota distribusi untuk wilayah Lampung (110 MW). Proyek ditargetkan menghasilkan sekitar 95 megawatt (MW), yang terdiri dari 55 MW dari unit Gunung Tiga, 30 MW dari unit biner, dan 10 MW dari unit tekanan rendah.
Pembangkit listrik ini diproyeksikan memiliki kapasitas 2 x 27,5 MW, dengan biaya investasi eksplorasi sebesar USD 36,6 juta. Target Commercial Operation Date (COD) unit 1 pada kuartal I tahun 2029 dan unit 2 pada kuartal II tahun 2030.

Operasional Kuat di Ulubelu
Christian juga menggarisbawahi operasional yang kuat di Ulubelu. Pembangkit Listrik Panas Bumi Ulubelu adalah aset terbesar kedua PGEO dan memainkan peran strategis dalam memasok listrik ke wilayah Sumatra Selatan.
Saat ini, pembangkit listrik itu terdiri dari 4 unit pembangkit dengan total kapasitas terpasang sebesar 220 MW (4×55 MW). Ia menyumbang sekitar 20% dari kebutuhan beban puncak di Lampung (1.220 MW).
“Pada tahun fiskal 2024, operasional di Ulubelu menunjukkan hasil yang kuat dengan produksi 1.594 GWh. Hingga Juli 2025, pembangkit listrik telah memproduksi 848,22 GWh dan diperkirakan akan menghasilkan pendapatan sekitar USD 74 juta pada tahun fiskal 2025,” ujarnya.
Perusahaan pelat merah ini juga dinilai melakukan praktik Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang baik. Perusahaan yang bergerak di bidang energi panas bumi itu memiliki proyek-proyek yang berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitasnya dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.


Berita terkait:
Kesepakatan Kemitraan Ekonomi dengan Eropa Dorong Ekspor Melonjak 50%, Siapa Diuntungkan?
Christian menuturkan, PGEO tercatat menerapkan praktik ESG seperti pemantauan digital, inisiatif penghematan air, dan rantai pasokan hijau. Program Corporate Social Responsibility (CSR) di Ulubelu menghasilkan Social Return on Investment (SROI) sebesar 3,44 dengan total manfaat diperkirakan mencapai Rp 4,1 miliar.
“Saat ini, PGEO diperdagangkan dengan rasio P/E (Price-to-Earnings) 27,1x. Saham memiliki potensi re-rating yang didorong oleh proyek energi hijau, ekspansi kapasitas, dan rencana mencapai kapasitas 1 GW pada tahun 2028. Meski demikian, investor harus memperhatikan risiko seperti potensi perubahan tarif dan pergeseran regulasi energi,” tandas Christian.