
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso. Foto: Tangkapan layar YouTube BI.
JAKARTA, ukmdanbursa.com – Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai tukar rupiah. Pada pekan ini, non-resident mencatatkan penjualan neto kian jumbo di pasar keuangan dalam negeri.
“Berdasarkan data transaksi modal asing minggu IV Juli 2025, dari 21 – 24 Juli, non-resident tercatat jual neto sebesar Rp 11,30 triliun. Ini terdiri dari beli neto Rp 0,10 triliun di pasar saham dan Rp 2,10 triliun di pasar SBN (Surat Berharga Negara), serta jual neto sebesar Rp 13,50 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan di Jakarta, 25 Juli 2025 malam.
Berita terkait:
Transaksi Local Currency Melonjak 148
Pada periode sama pekan lalu, berdasarkan data transaksi 14 – 17 Juli, non-resident mencatatkan jual neto sebesar Rp 10,49 triliun. Ini terdiri dari jual neto sebesar Rp 1,91 triliun di pasar saham dan Rp 8,95 triliun di SRBI, namun masih beli neto Rp 0,38 triliun di pasar SBN.
Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen hingga 24 Juli 2025, asing tercatat beli neto sebesar Rp 59,52 triliun di pasar SBN. Namun, asing mencatatkan jual neto sebesar Rp 58,92 triliun di pasar saham dan Rp 60,19 triliun di SRBI.
Sementara itu, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 24 Juli 2025 sebesar 70,90 bps, turun dibanding dengan 18 Juli 2025 sebesar 72,51 bps. CDS adalah instrumen derivatif keuangan yang berfungsi sebagai asuransi terhadap risiko gagal bayar (default) surat utang.

Perkembangan Rupiah dan Yield?
Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, lanjut Denny, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai rupiah. “Untuk perkembangan nilai tukar 21 – 25 Juli 2025, pada akhir hari Kamis, 24 Juli, rupiah ditutup pada level (bid) Rp 16.280 per dolar AS dan yield SBN 10 tahun turun ke 6,50%. Sedangkan DXY (indeks dolar AS) melemah ke level 97,38 dan yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke 4,396%,” ujarnya.
Indeks dolar AS menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang utama lainnya, yakni euro (EUR), yen Jepang (JPY), pound sterling Inggris (GBP), dolar Kanada (CAD), krona Swedia (SEK), dan franc Swiss (CHF). Sedangkan UST Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat dengan tenor 1-10 tahun.

Pada pagi hari Jumat, 25 Juli, rupiah dibuka melemah ke level (bid) Rp 16.315 per dolar AS. Sedangkan yield SBN 10 tahun relatif stabil di 6,49%.
Berita terkait:
AS Turunkan Tarif dan Garuda Kontrak Beli 50 Boeing
“Bank Indonesia, ke depan, terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” imbuh Denny.
2 thoughts on “Asing Net Sell Kian Jumbo, Cermati Dampaknya”